Thursday 2 May 2013

Andai ia bisa


Sedari dahulu aku gemar merejam kemarahan, kesedihan, kegembiraan dan apa-apa saja bentuk molekul perasaan dalam diri aku  kepada pantai. Aku luahkan semuanya disana. Kebiasaan aku akan kesana di waktu petang, paling enak duduk di atas batu menunggu senja. Biar bisa aku lirih semuanya sambil menikmati senja dilangit jingga.

Sesekali aku berteriak.
Sesekali aku duduk termangu sugul disitu.
Sesekali aku perhati anak-anak ketam berkejar ombak.

Bila terkenang beban yang bersarang di sudut hati, aku pesan pantas "Tuhan Maha Pengasih."
Aku cuma mahu lenyapkan seketika kegusaran hati makanya aku datang menghadap hamparan laut.

Ada masa aku perlu sendiri tanpa perlu aku cerita hebahkan masalah aku.
Dan andai saja bisa aku tuturkan semuanya, sudikah kalian?

Hanya pepasir pantai jugalah paling setia meneman tika sarat duka ini dan hanya deru ombak ini setia mengukir senyumku. Tidak untuk segerombolan manusia sperti kalian.

Aku tahu benar, kelibat picisan ini selayaknya bukan dihadapan mata rakus kalian.
Aku tahu benar. Makanya aku membawa diri. Sendiriku, hadapi saja.

Kerna aku yakin, doa orang-orang yang dizalimi itu dimakbulkan Tuhan dan aku yakin janji Tuhan disana nanti. Setiap isi perut kalian yang menjadi darah daging anak cucu kalian akan dipersoalkan.

Tuhan perhati, Tuhan memberi. Tapi Dia tidak pernah lupa perbuatan kalian.
Setiap doa dari manusia seperti aku, bakal diperhitungkan disana nanti meski bukan di dunia perhitungan-NYA.

Ibu,Ayah mengapa terlalu cepat pemergian kalian? Mengapa sisa-sisa kebahagian itu terlalu singkat untuk skedar ketawa? Mengapa perlu aku menelan segala pahit jelik takdir ini?

Wahai ombak, aku mohon kau huraikan simpulan kekusutan jiwa ini.
Dan kau sang angin, berhenti bisikkanku rasa yang mengundang titisan jernih tangis di pipi.
Pergilah duhai duka, pergilah. Pergilah bersama ombak yg menggulung hiba.

Hmmm.
Andai.





2.Mei.2013



No comments:

Post a Comment